Pembelajar




Jangan pernah puas terhadap apa yang sudah kita punya

Karena dengan begitu kita akan terus bergerak maju untuk belajar hal-hal baru, ataupun semakin memperdalam keilmuan kita pada bidang tertentu

Dan dari situ karakter pembelajar kita akan terbentuk

Belajar dimanapun dan kapanpun

Terkhusus bagi seorang muslim, karena baginya setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang yang ditemui ialah guru

Sekalipun mendapati keadaan yang mengesalkan, muslim yang cerdas akan pandai mengolah dan bermuhasabah mengambil hikmah

Jika kita cepas puas, kita akan menjadi stagnan

Jika ilmu kita stagnan, amal kita juga bisa stagnan

Karena manusia yang baik itu ketika semakin berilmu juga akan semakin bermanfaat untuk kehidupan

Menjadi manusia yang tidak pernah puas bukan suatu hal negatif jika diletakan pada tempat yang tepat, karena memang sejatinya begitulah manusia

Tidak puas bukan berarti tidak bersyukur, bisa dibedakan yah..

Bersyukur tentu wajib bin harus untuk segala keadaan dan pencapaian



Istiqomah



Orang yang istiqomah dan berhasil tidak pernah luput dari kesukaran dan rasa bosan

Tapi kesabaran yang mereka usahakan pasti berbuah manis pada tempat dan waktu yang tepat

Penyesalan sejatinya banyak singgah pada orang-orang yang dengan mudah melepaskan perjuangan hanya karena bosan, lelah dan sukar

Namun, sepatutnya cerita Ayah Ibu kita menjadi cahaya ditengah gelap sehingga kita tak perlu mengulang perjalanan yang pada akhirnya berbuah sesal


Sesulit apapun proses belajar

Niat yang lurus dan ketelatenan semoga selalu mengiringi


Ketahuilah bahwa yang indah dari hidup itu adalah kita menikmati takdir yang telah Allah berikan

Dan bersyukur atas garisnya

Sampai tidak ada keluh kesah meski orang melihat kita sangat menyedihkan dan patut untuk dikasihani,

Karena jika kalian tahu, diluar sana lebih banyak orang-orang yang Allah uji dengan takdir sukar namun tetap bisa tersenyum menikmati jalannya kehidupan,

Seolah tidak terjadi apa-apa dan semuanya baik-baik saja

Layaknya orang-orang yang berkekurangan namun hati mereka tenteram  dan masih bisa lepas berbahagia

Seperti itulah yang kita inginkan, dunia hanyalah tempat senda gurau

Tak perlu disesali berlarut apa yang lepas, dan tak perlu di khawatirkan berlebih apa yang ada di masa depan


Jangan jadikan kekurangan kita menjadi dinding penghalang

Karena betapa rugi orang yang sibuk dan risau dengan segala bentuk ketidakberdayaan

Lalu tidak mau berjuang menempuh jalan kebaikan yang buah manisnya telah Allah janjikan

Milikilah Visi Misi yang kuat, sehingga hal-hal remeh menjadi bukan apa-apa

Jangan jadi manusia kerdil yang stagnan

Karena zaman membutuhkan manusia pilihan yang berkualitas


Kelak ketika kalian menjumpai  banyak kesukaran dan manusia yang kurang mendukung

Ingatlah bahwa Allah sangat baik dan Dia Maha Pengasih

Maka mohonlah pertolongan hanya kepada-Nya

Karena terkadang cerita-cerita pahit itu hanya pada-Nya pula bisa lepas terceritakan


Tumbuhlah bersama waktu, 

Istiqomahlah pada niat awal,

Dan lalui semua perasaan bosan, lelah dan sukar

Karena buah manis itu akan Allah hadirkan pada tempat dan waktu yang tepat


Bagaimanapun terasa sukarnya, ingatlah bahwa Allah tidak pernah dzalim! 

Buah istiqomah itu akan selalu manis✨

Ibu




 Ibu, 

Ternyata, berbakti kepada ibu juga butuh ilmu

Dalam diam, tatap mu berbicara

Dalam bicara mu, aku tak tega berkata tidak

Namun, "iya" ku

Mengantar diri pada pendewasaan hati

Jika Allah Menghendaki



Hidup ini adalah tentang apa yang Allah beri.

Kita tidak meminta dicipta menjadi manusia,

Kita tidak meminta terlahir dari orang tua yang saat ini kita miliki,

Kita tidak meminta untuk bersuku Jawa/Sunda/Banjar/Bugis, dll

Tapi Allah Maha berkehendak. 


Dilain cerita, kita meminta kepada Allah hal ini dan itu,

mungkin Allah kabulkan, mungkin juga tidak.


Coba perhatikan, kebanyakan Allah memberi tanpa kita meminta

Tapi kita kurang bersyukur dan malah banyak pinta (yang menjurus pada kufur, bisa saja) 

Permintaan yang bisa saja malah berakibat buruk bagi diri kita jika itu terjadi

Maka Allah menahannya


Karena sejatinya, Allah Maha Mengetahui sedangkan manusia tidak. 


Begitu pula roda kehidupan yang saat ini sedang menyapa waktu kita. Dimana dan dalam kesibukan apa kita, adalah perkara karena Alloh menghendaki..


Jika sudah perkara kehendak Allah, hanya kepercayaan pada-Nya dan takdir-Nya yang dapat menguatkan.. Dan menjadi alasan kita untuk bertahan


Aku teringat ketika beratus-ratus hari yang lalu, seorang guru menyampaikan sebuah Muqaddimah di kelas pertama kami, yang pesannya hampir sama.. 


-


Hidup ini Sederhana

Semuanya hanya tentang,

"Jika Alloh menghendaki"


Jika Alloh menghendaki,

orang yang sakit dengan obat bisa sembuh.

Jika Alloh menghendaki,

orang yang sakit dengan obat tidak sembuh.

Jika Alloh menghendaki,

orang yang sakit, tanpa obat bisa sembuh.



Semua hal dalam hidup adalah ringan asal bukan Allah yang hilang dari hidup kita (Ustadzah Fashiha)



Dear you, hidup ini sederhana dan ringan🙃

Beban Diri

 



Dari mana memulai kata untuk bisa menuntun rajutan aksara.
Bahwa sesungguhnya diri kita terbebani oleh lautan pinta yang jarang tertinta.

Kamu paham benar janji pada pemilik diri, bahwa kita tidak hidup melainkan untuk mengabdi.
Beban diri sebagai abdi tidaklah berat, benar,

Sampai disini kita diuji,
Karena jiwa pemenang tidak akan senang menang tanpa lawan.
Melawan pinta hati yang membebani diri terkadang sebuah tantangan yang menyenangkan.
Namun ku sadari, hati dan jiwa ini tetap rapuh jika sendiri,
Kita butuh bersama, dalam lingkungan yang baik yang saling mendukung
Dan saling mengingatkan dikala malas membisik manis tipis-tipis

Berjalanlah, isi waktu dengan amal tanpa nafsu.
Agar hidup tetap berlanjut lebih bermakna
Kelak, buah amal itu akan kita petik
dan berbahagialah manusia yang tulus ikhlas akan setiap perbuatannya

S e b u a h R e f l e k s i ( ? )





Hujan tidak jatuh untuk membasuh waktu
Layaknya ia menghapus jejak kaki pada pasir pantai
Ia datang bergemuruh membanjiri ruang jalan
Sampai tiba pada padang peraduan; 
Menyisakan kenang waktu yang berlalu


Kawan..
Waktu terkikis menyisihkan harapan
Dan kamu datang memenuhi seruan angin rindu
Menggilir renyuh hujan menjauh
Menggigit sepi sunyi malam hari
Dan terdengar sayup sayap turun tersenyum 
Menggugah do'a mengirim deru sayang



Kamu adalah makhluk yang indah
Terpilih sebagai pemakmur kolong langit
Penikmat darah perjuangan
Yang setia pada prinsip dan tak tergoyahkan
Kamu terkunci dalam tanah kebaikan
Yang tidak mengizinkan lalai bersemayam


Bersama jiwa perbaikan, menyeru rindu
Pada ruang hitam tak berbintang
Kau pandang gelap atas awan
Saat detik kemudiam sinar itu meluncur menyeru kebenaran  
Hingga kamu pandang wajah liat tak berumput



Kamu berbuat bukan untuk menjadi yang terhebat
Dan bertumbuh berkembang bukan untuk menjadi yang terbesar
Takdir itu akan membawa setiap jiwa pada kodratnya
Macam kerang kecil kecil tetap terlihat 
Di dalam hati-hati yang terbina
Sembari memupuk kecambah rindu pada-Nya



Kita ini kerang yang terlatih di lautan perjuangan
Berkawankan badai dan ombak
Satu asal meski berbeda rupa, berbeda warna.. 
Kita mungkin satu tujuan
Yang berbeda tempat dan ruang
Karena keimanan itu bukan teori
Ia selalu menuntut praktek pada setiap nafas yang berhembus



Aku mungkin adalah kamu yang memudar 
Terlelap karena lelah raga terlebih jiwa
Tersesat-sedat
Memilih sejenak memetik tuas rem 
Mengakhiri rindu menuju pada semu
Mendikte klausa esok hari
Meski histori belum tersentuh pena malu



Karung candu itu 
Ambil satu untuk mu
Peluk erat bagai esok tiada hari
Dan habiskan malam rindu bersamanya
Agar aku tahu kamu berbeda
Dan agar aku tahu istiqomah itu ada
Hingga kelak aku paham, bahwa  jalan tak berkarat itu butuh asahan
Dan dapat berterima pada kabar, bahwa bersama itu lama



Titik kumpul ini menjadi saksi
Penambah berat sisi kanan dari kiri
Andai kamu bisa merelakan luka
Mungkin akan tercurah ruam pinta
Seperti sajak ini tak bersesuai makna
Semisal putih susu menyesap pahit Arabika



Andai kamu tahu, 
Manusia itu ada yang bercocok congkak
Di tanah kerinduan
Menggunakan bantuan cakar elang
Berbuah manis dipenglihatan
Semoga kamu terjaga
Agar tak terkulai pada bias temaram
Semoga kamu menjaga
Agar tetap suci niatan
Tapi aku tahu kamu berbeda
Sinyal itu membisik di telinga
Yang sepatutnya kita pahami, tetes air mata dini hari pasti jadi janji 
Yang akan tunai bila telah masanya


E  s  o  k  ,
Mega cahaya kan menggelora 
Sampai pada takdirnya 
Meski dunia telah berbeda  rupa
Dan kebersamaan kita akan berbuah rasa
Yang tak bisa dijabar frasa
Ia menghunus dalam mengangkasa.. 


Untuk Kita Yang Mencari Jalan Ketaqwaan



Bismillahirrahmaanirrahiim.

Segala syukur teruntuk Allah Rabb yang Maha Penyayang. Yang dari-Nya kita mendapat segala nikmat dalam kehidupan. Allah begitu Ia diseru, pemilik 99 Asmaul Husna yang begitu indah tertangkap indera. Ar-Razaq yang tak pernah berhenti memberi rezeki kepada siapapun ciptaan-Nya. Al-Fattah yang begitu berkehendak membukakan pintu rezeki untuk makhluknya. Tengok cara Dia memberi jalan rezeki kepada seekor cicak yang begitu penuh keterbatasan. Sungguh tak masuk logika jika itu hanya sebuah fabel belaka. Namun, Allah izinkan kita untuk begitu dekat dengan petunjuk. Cicak bukan makhluk langka, Allah ciptakan dia begitu banyak dan begitu dekat. Mungkin juga agar kita tak menutup mata akan misteri jalan rezeki yang seolah tak masuk logika manusia tapi memang begitu adanya.


Anak SD juga tahu, cicak makannya nyamuk hehehe


Begitulah cara Allah sang Maha Berkehendak menetapkan takdir setiap makhluk. Seolah tak mungkin makhluk yang merayap takdir rezekinya adalah makhluk yang bersayap.  Jika ditakar menggunakan logika, tentu saja si pemilik sayap seharusnya dapat dengan mudah menghindari predator mereka.Secara cicak hanya merayap sedangkan sang nyamuk memiliki sayap untuk terbang menjauh. Didalam fakta, takdir Allah berbeda, Ia menghendaki apa yang Ia kehendaki.


Sehelai benang berharga  telah terajut, membentuk lembar kain lembut, yang dapat kita jadikan penghangat hati, hati yang mungkin cemas akan masa depan yang gaib dan masih misteri. Bahwa takdir Allah seolah begitu mustahil, tapi Lauhul Mahfudz telah mencatatkan sejarah yang bahkan belum kita lalui. Jangan cemas kawan, kita ini pencari jalan ketaqwaan, apa mungkin pantas cemas dan was was berkemelut didalam jiwa? Katanya ada sebuah kunci akurat yang dapat membuka gembok Rahmat-Nya. Istiqomah melaksanakan ibadah dan jauhi larangan-Nya.


Begitu simpel dan mudah. (Iya ngomongnya, Red. Ngetiknya). Aslinya bisa saja sulit, sangat sulit atau memang mudah untuk sebagian orang. Tapi saya yakin, sesulit apapun itu, tidak ada yang sesulit perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan kemuliaan Islam. Satu manusia terpilih yang memulai jalan dakwah nya dengan sembunyi-sembunyi.


Sejarah sudah terukir, langit dan bumi tahu bahwa Muhammad telah berhasil menjalankan misinya. Sedangkan kita, sejarah masih berproses, bumi belum tahu pasti apakah kita akan mampu atau tidak dalam menjalankan misi hingga akhir.  Tapi kita tak boleh lupa bahwa Lauhul Mahfudz adalah buku sejarah terlengkap. Kira-kira apa yang tertulis disana? Jangan berfikir negatif, karena Allah sesuai prasangka hamba-Nya. 


Kita adalah jiwa yang hidup dan bernafas, merasakan getaran ibadah dalam setiap gerak dan diam. Mengharap balasan dari Allah semata. Maka Allah melapangkan dan menjadikan bahagia. Memudahkan bagi kita urusan dunia dan akhirat. Jadikanlah akhirat sebagai tujuan. Pagi dan petang selalu berfikir, amal sholih apa yang selanjutnya bisa kita kerjakan. (Hana binti Abdul Aziz Ash-Shanii) 


Jika merasa sangat sulit untuk istiqomah, maka jangan sendiri. Kamu tau kawan, setan aja mainnya rame-rame😭 


Jalan ke neraka itu katanya mudah dan menyenangkan, tapi setan tetap totalitas,  mereka bersinergi,  membentuk barisan mungkin persekutuan🤦‍♀️


Jalan menuju Surga in syaa Allah juga bisa jadi mudah kalau kita mau bersinergi, jadi jangan sendiri, carilah kawan yang jika melihatnya mengingatkan kamu kepada Allah, kepada kebaikan. Terlebih kita butuh Allah, kita  butuh bantuan-Nya Sang pembolak balik hati, agar hati kita bisa konsisten dalam beramal sholih dan meninggalkan larangan-Nya.


Sedikit tips yang in syaa Allah work untuk di amalkan oleh pencari jalan ketaqwaan. Hafalkan dan amalkan ya 😇


ÙŠَا Ù…ُÙ‚َÙ„ِّبَ الْÙ‚ُÙ„ُوبِ Ø«َبِّتْ Ù‚َÙ„ْبِÙ‰ عَÙ„َÙ‰ دِينِÙƒَ

‘Ya Muqollibal Quluubi Tsabbit Qolbiy ‘Alaa Diinika’.

Artinya: “Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi)


Didalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada Mu’adz, “Demi Allah, aku sungguh mencintaimu. Aku wasiatkan padamu, janganlah engkau lupa untuk mengucapkan pada akhir shalat (sebelum salam):

اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø£َعِÙ†ِّÙ‰ عَÙ„َÙ‰ ذِÙƒْرِÙƒَ ÙˆَØ´ُÙƒْرِÙƒَ ÙˆَØ­ُسْÙ†ِ عِبَادَتِÙƒَ

Allahumma a'inni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatik

Artinya: "Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad, shahih)


Sedikit tambahan, kembali mengutip paragraf yang sangat luar biasa dari mba Hana binti Abdul Aziz Ash-Shanii, beliau bilang orang yang berusaha untuk menggapai pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam setiap perbuatannya, maka ia tidak akan merasa sakit andai dirinya tidak mendapatkan pujian dari manusia atas segala apa yang telah dia lakukan. Sebab ia tidak mengharapkan pujian atau balasan dari manusia. Hatinya tetap tenang dan jiwanya damai. Meski perbuatan baiknya dibalas dengan perlakuan buruk.


Semoga bermanfaat..

Dare To Leave It





Terkadang, kita butuh untuk mengerti definisi sebuah kata, karena kita mungkin saja sedang dalam sebuah makna tanpa ada niatan untuk menyadarinya. Kata orang, rindu itu adalah ketika kita masih memikirkannya, meski raga sedang melakukan hal lainnya. Dalam lalu lintas waktu, aktivitas berlalu tanpa nafsu. Rutinitas bagai kesibukan tanpa tujuan. Niat di awal perlahan lenyap bersama lelap. Dan kita kembali diingatkan, jika ingin menyerah pada sesuatu, ingatlah di awal. Bagaimana semangat dan harap kita untuk menggapai apa yang saat ini tengah kita jenuhi. Jenuh yang mungkin saja hanya mampir sejenak hanya karena ada rindu yang mampir dan membisik sunyi.

Rindu, bisa saja menjadi alasan kita kembali pada sesuatu yang kita ingini, kita butuhkan atau dalam makna yang lebih dalam memang kerinduan itulah tujuan kita. Tapi, jika terbatas pada keinginan, tidak memupus kemungkinan jika rindu itu salah tujuan. Mungkin kita butuh alasan lain untuk memperkuat argumen sebuah kerinduan. Agar rindu itu lebih bermakna dan lebih indah terasa saat kita bisa meraihnya.



Kerinduan yang lebih bermakna mungkin saja sebuah rindu yang bermuara pada nilai-nilai keimanan pada Tuhan Semesta Alam. Ketimbang rindu pada makhluk atau suatu cita tanpa dasar yang dibenarkan. Rindu tercipta karena terhalang dinding jarak. Waktu mungkin saja akomodasi utama yang bisa mengantarkan kita untuk menjemput kerinduan itu.



Ada saat kita merindukan keimanan yang lebih baik setelah kita sadar aktifitas yang Kita lakukan terasa hampa. Setelah kita sadar aktifitas harian kita tak ubahnya hanya sebuah rutinitas belaka, tak terselip niat untuk beribadah.  Pun stagnan tanpa penambahan amal.


Ada kalanya kita berbuat baik, namun menghapusnya dengan dosa. Kita bertaubat, namun kita jenuh dengan ibadah. Kita lalai, namun kita rindu pada taat. Kita mendekat, mencoba memperbaiki dan kembali memupuk pahala untuk bekal akhirat. Bertahan dalam kebaikan memang susah, apalagi jika diri hanya sendiri. Jika iman belum layak untuk mendakwahi kawan, padahal kita ingin ia juga merasakan indahnya ukhuwah islamiyah yang Allah janjikan.



Wabah Corona telah tertakdir dalam buku agenda Tuhan. Ia tak ubahnya ujian bagi orang-orang yang beriman ataupun menjadi bencana bagi sebagian lainnya. Hastag #DiRumahSaja bukanlah musuh seorang introvert sepertiku. Karena sejatinya, aku memiliki banyak mau yang menuntut waktu untuk me time dengan cara ku. Kini, aku memiliki lebih banyak waktu dirumah, lebih dekat dengan keluarga, bisa lebih mengerti mereka, terlebih mengerti diriku sendiri dan posisiku dalam keluarga.


#DiRumahSaja membawa kesimpulan berbeda dalam muhasabah ku. Aku meraih makna rindu yang lebih dalam, namun aku butuh pengorbanan yang lebih pula. Meninggalkan zona nyaman, menjadi tantangan yang mungkin saja sulit untuk ku lakukan. Ada lebih banyak tuntutan dan tanggung jawab yang harus siap di emban. Namun, siapa tahu memang inilah jalan yang Allah rencanakan. 


Rabb, izinkan aku memupus jarak, agar rindu itu semakin mendekat. Dengan cara mu..



Dare to leave it…

Menyusun Rindu




Telah ku cari , namun tiada kata yang mampu menggambarkan indahnya
Dan ku yakin, sekalipun beribu sastrawan turut serta mengaduk-aduk diksi dalam kamus bahasa
Genap lima puluh bulan perkenalan ini, telah melukiskan segala kenangan indah
Karena yang indah bukan hanya tentang bahagia
Tapi juga luka, cela, harapan, bahkan kecewa
Yang ku tahu semua itu kembali pada bagaimana diri kita mengolahnya
Hingga luka, cela, harapan dan kecewa,
Mampu menjadi guru terbaik yang mengantar kita pada akhir yang indah
Kelak pada akhirnya, keindahan itu akan selalu memunculkan rasa
Rasa yang memaksamu untuk memikirkannya, meski raga tengah lakukan yang lainnya
Seperti hari-hari yang telah lalu
Mungkin kita tak sadar bahwa sebenarnya kita tengah menyusun rindu






Perjuangan Awal

Sedari kecil aku bertekad untuk bisa bersekolah setinggi mungkin. Niatan itu dalam-dalam ku azzam-kan dalam hati, aku ingin menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Ketika tiba ditingkat dua belas pendidikan formal, aku mulai bimbang, didalam rumah berkali-kali aku maju mundur untuk mengutarakan niatan ingin lanjut kuliah. Karena aku tahu, jawaban orang tua ku pasti, “tidak usah”. Tapi satu yang selama ini menjadi keyakinanku, selagi belum mencoba, siapa yang tahu Alloh ridha atau tidak. Hingga prinsip itu selalu menjadi pemacu ku pada momen-momen tertentu.


Dan aku percaya, Alloh itu sesuai prasangka hamba-Nya. Setelah ikhtiar sedemikian rupa yang ku lakukan, mulai dari minjam motor teman, berkali-kali kena ‘semprot’ bos di tempat kerja karena terus-terusan izin, ditambah perasaan ragu yang selalu menghujani hatiku “nanti kalau aku lulus tes, bayar SPP pakai uang apa?, lalu biaya semester-semester selanjutnya aku dapatkan dari mana?”. Karena sedari awal pun aku tidak mungkin berpangku tangan pada orang tua ku untuk masalah ini, toh aku sadar sesadar-sadarnya, bahwa alasan utama mereka melarang ku kuliah adalah perkara biaya. Hingga Alloh menjawab do’a-do’a disetiap sujud dan akhir sholat ku. Alloh lembutkan hati mereka, dan akhirnya aku mendapatkan izin itu.


Sampai akhirnya, momen itu tiba. Aku masih sangat ingat, sekitar jam tujuh malam, tidak berselang lama setelah sholat maghrib, layar handphone ku menyala, menandakan satu pesan masuk. Dari teman sekolah ku ternyata,


From Agung: “Ras, kamu lolos tes kah?”
Aku: “Lah, emang sudah pengumuman kah, Gung?”
Agung: “sudah Ras, aku sudah cek.”
Aku: “Kamu gimana, lolos kah? Aku ngga punya paket =_=”
Agung: “Alhamdulillah lulus :D”
Aku: “Selamat ya.. Btw bisa minta tolong cek kan punyaku kah, Gung? Hehehehe xD”


Kurang lebih demikian isi percakapan kami saat itu, sedari pesan pertama yang Agung kirim pun aku sudah deg-degan setengah penasaran. Setelah mengirim username dan password, tak berselang lama, sms dari Agung kembali masuk. To be honest, aku deg-degan banget waktu itu, dan betapa senangnya saat kabar bahagia yang ku peroleh.





Aku lolos..





Ditambah kabar bahagia lainnya yang datang beberpa waktu kemudian. Aku bersyukur sekali saat nama ku  ada di daftar mahasiswa yang lolos beasiswa. Hal itu sangat membuatku lega, setidaknya aku tinggal mikir bagaimana biaya untuk sehari-harinya saja nanti.






Rasa Menjadi Mahasiswa

Jadilah luar biasa dalam kesederhanaan
Karena yang luar biasa bukan mereka yang diagung-agungkan kebanyakan orang
Yang luar biasa adalah hal biasa yang tak banyak orang menyadarinya
Namun ia mampu berdiri istiqomah dengan cahaya kecilnya



Jadwal demi jadwal akhirnya tiba di pelupuk mata. Mulai dari PAMB Universitas, PAMB Fakultas, sampai pada perkuliahan pertama. Ada rasa yang tiada kata bisa mengungkapkannya saat hari-hari pertama itu tiba. Mulai dari bahagia, excited, terharu, takut, entahlah, pokoknya semua teraduk jadi satu, macam adonan kue hehehe.


Aku bertemu banyak teman baru, diperkenalkan dengan civitas akademik kampus, dan beberapa dosen yang kelak akan menjadi guru serta panutanku selama beberapa tahun kedepan. Di hari-hari awal itu pula, banyak pertanyaan seputar dunia kampus yang akhirnya terjawab, meski tidak sedikit yang melenceng jauh dari ekspetasi awalku, dan masih banyak juga yang abu-abu. Namun, dari sekian banyak rasa yang menyerbu kalbu, perasaan bangga tampaknya mendominasi hati kala itu^^






English Zone

Mmhh.. ngomongin bahasa Inggris ya.. Kalau boleh jujur, keputusanku buat masuk sastra Inggris sebenarnya berbekal kenekatan. Dengan standar skill bahasa Inggris yang pas-pasan, aku yang memang sedari awal sudah tertarik dengan bahasa internasional itu, banyak cari referensi tentang program studi ini sebelumnya. Takut saja kalau-kalau ternyata mengharuskan mahasiswanya expert dari awal. Dan ternyata dari banyak artikel yang ku baca, mereka mengatakan bahwa mahasiswa akan benar-benar di ajari dari standar basic. Hal ini membuatku lega, dan semakin mantap untuk menempatkan program studi ini di urutan pertama.



Dan setelah perkuliahan dimulai, aku cukup kualahan mendengarkan dosen yang memakai bahasa Inggris full sebagai pengantar. Ngga full-full juga sebenarnya hehehe. Belum lagi teman-teman kelas yang sudah cas cis cus ngomong English-nya. Jujur saja, sedikit banyak faktor ini juga membuatku minder, namun di lain pihak, justeru menjadi salah satu stimulus agar aku lebih giat lagi belajar.






Anti Organisasi

Di hari-hari awal perkuliahan, aku terus-menerus mensugesti diriku untuk meluruskan niat. Aku takut jika dari awal saja sudah salah niat, malah hanya akan menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Sebagai seorang mahasiswa, tentulah fokus belajar dan mengikuti perkuliahan menjadi prioritas yang tak terbantahkan. Dan itu pula yang selalu aku tekankan pada diriku, “Jangan main-main, Tin”, “Jaga pergaulan”, “Hindari hal-hal tidak penting”. Berulang-ulang klausa-klausa itu ku gunakan sebagai sugesti, dan selalu ku ulangi disetiap waktu.


Fokus belajar dan menjadikan kuliah sebagai prioritas tentulah membutuhkan investasi waktu yang tak sedikit. Karenanya, meski dari awal PAMB ada banyak kakak tingkat yang mencoba menarik perhatian para mahasiswa baru untuk bergabung dengan UKM mereka, aku sama sekali tidak tertarik. Hingga dipertengahan semester dua, akhirnya aku terlena. Tak mampu menolak rayuan beragam organisasi kampus yang amat menggiurkan hihihihi…


Saat itu, April 2014, aku yang belum lama resmi bergabung menjadi pengurus organisasi keislaman di fakultas, memutuskan untuk memperlebar jendela pengetahuan dengan sekaligus mendaftar di dua organisasi universitas. Dan dampaknya, Indeks Prestasi ku di semester tersebut menurun cukup drastis, meski aku bersyukur IP tersebut masih di kisaran angka tiga koma.


Tidak, jangan berfikir aku menulis ini untuk membuat kalian beranggapan buruk dengan kehadiran organisasi kampus. Penurunan Indeks Prestasi yang pernah ku alami itu hanya masalah kurang baiknya aku dalam me-manage waktu. Tapi perlahan disemester selanjutnya aku bisa kembali meningkatkan kualitas Indeks Prestasi dengan tetap aktif berorganisasi.



Mungkin sudah sering kita mendengar bahwa ilmu akademik yang tengah kita geluti hanya akan berperan 20% untuk bisa menjamin kesuksesan kita di dunia pasca kampus, sedang 80% lagi dari mana? Skill individu; kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama, kemampuan menghargai pendapat orang lain, kemampuan managemen diri, kemampuan memimpin, adalah beberapa jawaban dari 80% yang dapat menjamin kesuksesan kita di dunia pasca kampus, setidaknya seperti itulah menurut beberapa referensi yang pernah ku baca.


Dan organisasi kampus adalah salah satu jawaban dari 80% kunci kesuksesan itu. Alhasil, jika awalnya aku sangat anti berorganisasi, sekarang aku justeru menjadi salah satu yang sangat mendukung kuliah sambil berorganisasi.






Pintu Hijrahku

kita semua sama, terpenjara dalam kesendirian
hanya saja,
ada yang terkurung di ruang gelap tanpa cahaya
sementara yang lain menghuni kamar berjendela
-Kahlil Gibran-


Kampus ini, Universitas Mulawarman, tepatnya Fakultas Ilmu Budaya, menjadi salah satu takdir terindah untukku. Ia tidak hanya memberiku ilmu akademik, tidak hanya mengantarkanku pada orang-orang hebat yang menjadi guru serta panutanku. Fakultas Ilmu Budaya ini, tidak pula sekedar memperkenalkan ku pada teman-teman seperjuangan, calon orang-orang hebat di masa depan tapi, kampus ini sekaligus menjadi pintu bagiku untuk mengenal hijrah.


Hijrah, yang dulunya hanya ku ketahui sebagai sebuah kata bermakna perpindahan geografis. Sebuah kata yang dulu sangat ingin aku realisasikan, namun ternyata takdir memberi ku jawaban lain. Takdir menjawabnya dengan kata sama yang tak semakna. Tidak, bukan nama kota Palembang atau pun Yogyakarta seperti yang dulu ku inginkan. Hijrah yang ku kenal saat ini, berjuta kali lipat lebih mempesona. Lebih elok ketika dipandang, lebih harum ketika wanginya hinggap dipenciuman, lebih jauh jarak tempuhnya dan membutuhkan perjuangan berkali lipat dari sekedar mengumpulkan uang recehan untuk terbang menuju kota orang.



Pintu hijrah itu seakan membuka ke-elokan syurga dipelupuk mataku. Karena hijrah itu, telah mengantarkanku pada jati diri yang selama ini ku cari. Melalui fakultas penjunjung budaya ini, aku berproses dalam hijrah untuk menjadi pribadi yang lebih baik, insya Alloh. Ia mengajarkanku untuk selalu mencintai-Nya, untuk selalu menaati-Nya, untuk tidak bertutur kasar pada sesama. Yang ku tahu, hijrah itu ialah ungkapan cinta. Proses hijrah ialah perjuangan cinta. Cinta yang mengantarkan diri untuk mendekat pada Ilahi. Terus memperbaiki diri, memuliakan sesama, ber-amar ma’ruf nahi munkar.






(Terimakasih) Fakultas Taman Syurga

Fakultas ini, tak ayal bak taman syurga, yang menyuguhkan ku beribu kekaguman akan eloknya. Tak hanya elok bidadari penghuninya saja yang menyejukan mata, tak jua hanya sekedar elok pangeran yang turut menghuni dengan paras rupawannya. Yang membuatku tak mampu menangkis haru, kala aku melihat mereka bertutur begitu lembutnya, saling berbagi senyum menawan saat mereka berpapasan, tak sedikit pun ku dengar sumpah serapah yang terlontar, seketika aku ingat bahwa aku sedang berada di taman syurga.  


Aku melihat mereka ceria, saling berbagi canda serta tawa. Menggendong ransel, memeluk buku, itulah yang ku dapati saat mereka berlalu lalang di halaman. Langkahku mengayun menuju sebuah ruangan dengan pintu tertutup rapat. Horden yang menutupi kaca jendela tersingkir kesatu sisi, jendela-jendela itu terbuka dengan masing-masing penyangga disisi kanan dan kirinya. Angin sejuk berebut menyerbu setiap celah yang ada, karena mereka tak ingin kehilangan pahala untuk turut andil memberi semangat kesejukan pada sekian banyak raga yang tengah antusias menimba ilmu. Seorang lelaki di penghujung tiga puluh tahunan tengah mendidik penuh gairah. Ada kesan bangga dari setiap tuturnya, matanya menyiratkan harapan yang membuncah pada sekian pasang mata yang tengah mendengarnya penuh antusias. Aku tersadar saat mataku menitikan haru. Aku tersadar, aku berada ditengah-tengah mereka, baris ketiga, sudut paling kiri.

“Kamu ngga sholat, Tina?”
“Mmhh?” aku tersentak, menoleh kebelakang saat bahuku terasa tersentuh seseorang. Seketika aku tersadar, ruangan ini telah kosong, hanya menyisakan kami berdua. Tangan kanan gadis itu memeluk sepaket perlengkapan sholat wanita.
“Ehh, i.. iya.. aku sholat, tapi.. tadi bukannya kuliah belum selesai?” jawabku tergagap, aku menatapnya kebingungan, sedang ia hanya tersenyum ramah padaku. Tangannya menarik lengan kananku, kami berjalan keluar ruangan. Lengang, sepi, seperti disini tak berpenghuni.


Tiba-tiba saja kami sudah berada beberapa langkah didepan sebuah bangunan megah yang disisi teratasnya tersanggah bulan sabit tengah memeluk bintang. Bangunan itu tak seberapa besarnya, namun nampak bersih, menenangkan, dan serasa ada magnet yang membuat setiap orang selalu ingin berada didalamnya.


Kini aku tahu kenapa suasana disudut lain tempat ini teramat sepi, ya, mereka semua ada disini. Berjejalan memenuhi bangunan mengagumkan berwarna hijau tua ini. Langkahku yang baru menginjak tangga pertama bangunan ini sejenak berhenti, pengeras suara diatas atap biru tua itu bergetar, menyeruakan merdu suara seseorang. Sepersekian detik kemudian penghuni ruangan yang telah suci dari hadats satu-persatu berdiri, saling menyentuhkan kaki untuk merapikan shaf. Gadis yang tadi bersamaku telah berada diantara mereka, terlihat khusyu’, pandangannya merunduk ke lantai peraduan sambil mulut kecilnya melafalkan sesuatu.


Mataku panas memandang keindahan ini, hatiku bergetar seakan teraduk-aduk oleh sesuatu yang membuatku diliputi haru. Aku tersedu, tak mampu menahan laju air mata yang merembes turun membasahi wajahku. Tubuhku terguncang oleh getaran indah yang memeluk kalbu ku.


Ini, aku berada dimana?” batinku menyeruak bertanya..
Dengan asal, ku hapus air asin yang membanjiri kulit wajahku. Aku melangkah bergetar dengan pandangan yang tak dapat diandalkan. Ku percepat langkahku guna segera menjawab keraguan yang ada. Aku membacanya, sederet tulisan bertinta emas yang terukir di sana, Fakultas Taman Syurga..







Berpisah

Kita tak pernah tahu takdir akan membawa kita bertemu
Seperti kita yang tak pernah sadar bahwa kita tengah menyusun rindu
Meski kita paham, setiap yang berjumpa akan menjumpai perpisahan pula
Perpisahan yang ku tahu biasanya akan memupuk haru
Haru yang membuat hati tersapu rasa tak menentu

Perjuangan itu,
Pertemuan itu,
Perjalanan itu,
Proses hijrah itu,
Aku rindu





~Sekian~ 





Awalnya, ide untuk membuat buku antologi ini berasal dari seorang teman. Dia mengajakku untuk membuat buku antologi bersama para “akhwat”. Lalu, seketika aku terfikir, kenapa tidak kami buat juga buku antologi bersama teman-teman kelas. Aku ingin setidaknya kami dapat memberikan kenangan untuk fakultas ini. Seperti kata seorang Mark Levy bahwa "menulis bagaikan merekam jejak-jejak pikiran". Maka jadilah kami bersepakat untuk menulis sebuah buku antologi cross genre, yang kami beri judul "Beranda Kampus Putih".




*****

Berkas lama, sekitar tahun 2017 kayaknya..
Yang sampe sekarang tidak terealisasi haha
Ya sudahlah, aku post disini saja daripada file nya ilang..