High School Love Story






Teringat masa ini
Kala cerita A sampai dengan Z ada disini
Aku yang pendiam
Yang begitu menurut pada aturan
Namun, aku juga jahil
Yang tak suka diganggu, namun senang mengganggu
Aku yang tipikal serius dengan fokusku
Menghiraukan segala hiruk pikuk teman-teman kelasku
Lebih asyik dengan buku ditangan
Tak tertarik dengan riuh canda yang ku anggap membosankan
Begitu indah, penuh kesan
Namun telah ku tinggalkan dalam kenangan yang tak akan terbuang
Semua cerita yang telah kusimpan rapi dalam memori ‘High School Love Story’
Hidup ku terus berlanjut
Entah sampai kapan Sang pemilik hidup memberiku waktu
Langkah demi langkah sedang ku tempuh menuju tujuanku yang sesungguhnya
Masa pendidikan ku tak akan berhenti hingga di Perguruan Tinggi
Semoga Ia menghendakiku untuk mampu membawa diri ini dalam kesempurnaan Iman
Meninggalkan segala bentuk kesia-siaan perbuatan
Bismillah, Allah, izinkan aku melangkah, merengkuh segala mimpi dalam 21 tahun nikmat nafas ini

December, 16th 2015

Titip Rindu Untuk Ayah



Aku dengar anak kecil menyapa
Dengan tangan mungil yang bertaut dijari ayahnya
Begitu riang dengan gigi yang tak sempurna
Menghias pagi ditaman kota menjadi ceria

Aku lihat ia berlari mengejar mentari
Melepas tautan indah jari mungilnya
Sang ayah tampak memperhatikan penuh cermat
Mengikat pandang hanya pada putra imutnya

Tiga tahun aku rasa usianya
Begitu menyentuh hatiku kala memandang
Kuperhatikan kasih sang ayah begitu indah
Melangkah dengan lebarnya menuju putra tercinta

Yang ia kini tersungkur direrumputan berembun taman kota
Mulai mengubah raut wajah tampannya
Mata yang kian menyipit tatkala suara tangis terdengar menjelas
Menjerit, meluapkan rasa sakit

'Anak ku tak ku biarkan seekor semutpun melukai kulitmu'

Indah bukan kalimat itu?

Lalu harus seperti apa disampaikan kalimat balasan
Ketika anak lelaki itu telah tumbuh dewasa
Telah mampu menggenggam dunia dengan tangannya
Telah melepaskan genggaman yang dahulu setia membersamai

Akankah dapat tergantikan segala pengorbanan
Dapatkah menyamakan semua kasih sayang
Jikapun semua dilakukan dengan persis

Untuk ayahku tercinta
Ku persembahkan ribuan lagu rindu
Semoga sampai segala do'a
Semoga kau selalu dalam ridha-Nya

Karena tak banyak harapku
Ku tahu semua tak akan mampu membalas jasamu
Aku hanya mampu menitipkanmu pada Tuhan ku
Disetiap sujud dan tengadah tanganku
Berharap hatimu selalu indah, penuh oleh dzikir untuk-Nya

Samarinda, 11 September 2015. 00.37 a.m


Izinkan Kami



Izinkan aku sejenak berhenti
Untuk menepi dari hiruk pikuk ini
Dan bawa aku ke gunung yang tinggi
Yang darinya dapat kulihat bumi

Maka dari ketinggiannya aku akan belajar
Aku ingin lebih memantapkan langkah
Saat ku tahu dari atas sana jawaban yang ku nanti ada
Memperhatikan setiap sudut bumi
Bahwa hanya kesibukan kami yang menghasilkan cahaya

Karena kejenuhan dan lelah
Karena setiap tetesan keringat bahkan darah
Karena waktu yang telah kami lewati
Semua berada diatas dan demi ridha-Nya semata

Saat aku kembali turun aku semakin kuat
Hatiku semakin penuh akan harap rahmat-Nya
Berharap kelak kami akan berjumpa di Syurga-Nya
Menghela nafas sedalam mungkin
Setiap wajah kami mengukir senyum merekah
Mendengar gemercik aliran sungai
Dan itulah saat kami telah sudahi semua

Suara Jiwa




Pernah saat aku mengeluh
Meminta Tuhan untuk menolongku
Berikan padaku jiwa yang indah
Yang tiada lelah memenuhi rongganya
Yang tiada hitam merusak merahnya

Lelah saat aku berjalan
Mengikuti apa mau Tuhan
Aku menurut dengan semua ingin-Nya
Menjadikan Ia sepenuhnya tujuan

Cinta saat aku bahagia
Merasa kehadiran-Nya begitu hangat memenuhi jiwa
Menjadikan Ia sepenuhnya tujuan
Dengan penuh keyakinan bahwa aku mencintai-Nya

Ragu saat masalah bertubi-tubi menghantam hidupku
Masihkah kurasa hadir-Nya didalam jiwa
Mengapa terasa berat dan penuh dilema
Yang ingin kusampaikan seperti kekecewaan sempurna
Yang tiada celah indah membersamainya
Yang melenyapkan segala manis pahala
Dan menggerus arus syukur

Namun nyawa masih setia merajai jasad
Dan pahit akan selalu membayangi manis
Saat langit menjadi titik utama
Maka lelah takkan mampu menyapu yakinku

Sebuah Proses




Aku tahu ini sebuah proses
Perjalanan dari sebuah tujuan pasti yang telah menanti
Beragam rasa telah dan tengah kutemui
Bukan hanya manis
Bukan hanya asin
Bukan hanya pahit
Namun juga hambar

Fakta ini menuntunku untuk menjadi kuat
Bahwa hidup tak sesederhana layaknya skrip drama
Jika kau manja hidupmu tak akan menjadi hebat
Bukan hanya sekedar tahu tujuan hidup
Bukan sekedar makan, kerja, sekolah, atau tidur

Lebih dari itu Tuhan memiliki rencana indah
Lebih dari yang kau bayangkan

Pernahkah merasa berada pada titik yang sangat menyiksamu?
Seolah dunia memusuhimu
Seakan ingin menyerah dan berhenti
Mengadu pada Tuhan bahwa,
“Aku tak sanggup lagi melanjutkan skenario indah-Mu”

Kemudian angin menuntun langkah kaki
Agar tetap berpijak pada jalan yang telah Ia tetapkan
Bolehkah ku izinkan air mata ini mengalir?
Karena sejauh yang ku tahu langkahku layu membersamai waktu

Fatamorgana



Ketika rintik-rintik mawar itu jatuh mengguyur kelembutan hati
Disana tetap kokoh bersemayam sebuah asa pada sesosok makhluk nan indah
Tak hanya indah dimata
Namun juga terasa hangat saat melantunkan lembut namanya dikedalaman jiwa
Seperti merpati putih terbang membelah sang surya
Nama itu mengebaskan sayapnya dalam ruang kalbu

Jika tiada lembayung yang membayang akan beratnya beban
Aku akan terus menyanggupi naluri ini untuk merusak sang suci
Namun haru itu menyergap kala aku teringat pada keagungan Raja Diraja
Seperti berhiaskan lumpur yang pekat
Aku membisu dalam suasana kalbu yang tak tentu

Akan ku bawa kemana segala asa yang ada
Kini hanya hampa dalam semu aura yang menghantam fakta
Bahwa dunia tak seindah alam dalam khayal fatamorgana

Lautan Biru Dihatiku



Meski telah kududukan raga ini dibawah rembulan
Namun hati ini tak kunjung menyapanya
Dengan keras tetap keukeuh padamu
Tak ingin berkhianat pada selainmu

Bila bukan karena ia yang telah memilihmu
Aku tak ingin mengirim banyak waktu untuk tetap berdiri pada kehampaan ini
Namun lagi, ku redam segala egois diri
Aku hanya ingin membuatnya mengalir seperti apa inginnya

Kini kumohon, meski tak ada seorangpun yang mengingini ini
Tetaplah bertahan
Karena jalan Alloh tetap yang terbaik
Yang kupercaya hingga akhir jasad ini menapak di bumi

Bukan karena kelemahanku sebagai insan tiada arti
Namun lagi, iringan jalan panjang yang telah ku tempuh
Ini yang ku yakin kan mengantarkan jiwa-jiwa kita pada Sang Maha Raja
Bukan karena egois diri
Bukan karena hanya ingin terus memeluk jasad tanpa celah yang ku ingini
Namun lagi, putih itu telah memilih biru dalam jiwamu
Maka tetaplah menjadi air yang seolah membiru dalam lautan cinta dihatiku
Dengan riuh merdu terdengar menyejukan telinga tatkala putih itu merindu biru


Kiasan



Jika aku yang menyinari bulan maka akulah bintang
Namun bintanglah yang menyinari bulan, maka aku bukan siapa-siapa disini
Kemudian aku melihat diufuk seonggok daging yang kian membusuk
Menusuk hati setiap yang melihatnya
Tak rela jika ia disebut sebagai insan
Adakah yang lebih suci dari sang bintang?
Mengapa kehadiranku rasanya lalu tergerus dengan raflesia
Membuat mawar seolah tak ada hebatnya

Kian mendalam hujatan itu duniaku lontarkan pada raflesia
Membusuk saja sana
Jadilah malaikat bagi budakmu
Aku seperti malaikat yang mengutuk setiap lakumu
Menggilas tiap jengkal langkahmu

Penjara itu kian membara dalam lahap api
Seberapa dingin api itu?
Aku berwajah kelam saat mengingat raflesia
Seakan mengenyahkan segala ajar budi pekerti dari pahlawan tanpa tanda jasa
Memang harus seperti apa lagi?
Inilah dunia, penuh dengan hasut syaitan yang menjerumuskan

Jangan!
Jangan! biarkan tangan-tangan penuh dosa itu menggenggamku
Aku harus bersuci meghadap Alloh
Aku tak rela sebongkah daging itu menjadi kelabu
Jadilah putih, suci, bersih
Lalu antarkan jiwaku dalam kedamaian menuju Rabb ku

Kuharap Tidak Menyakiti Bulan



Tatkala ada senyum ramah yang ia dapat dari mereka, ia merasa bahwa hidup itu benar-benar hidup. Meski entah apa maksud dari senyum itu. 
Ia berharap tiada maksud tersendiri dibaliknya. 
Ia begitu sensitif ketika ada seseorang yang memandang bulan dengan mata yang berbeda. Membuat hati rasa bergemuruh akan sesuatu yang tak pasti. 
Merasa berbeda dan terasing. 

Saat bulan menjalankan amanah yang Alloh berikan padanya, ia pun terus berotasi diatas bumi dengan kemampuan yang ia miliki. 
Namun, bagaimanapun ia tetaplah bulan, ia memiliki perasaanya sendiri. 

Bulan mencoba dengan penuh keikhlasan untuk selalu berporos pada perintah Alloh. Menjauhkan segala ego untuk menghancurkan manusia yang ia lihat dari atas sana, yang dengan sangat angkuh telah menghianati amanah Rabbnya. 

Bulan selalu tersenyum pada siapapun, dimanapun. Namun, bulan hanyalah bulan, bagaimanapun ia tetap bulan yang memiliki rasanya sendiri, memiliki perasaannya sendiri. 

Bulan tersakiti hatinya tatkala melihat dengan cahaya penuhnya, bahwa khalifah-khalifah itu terus saja melakukan kemungkaran diatas pijakan yang sama dengannya. 

Bulan tiada mengerat mereka dengan kegelapan, namun cahaya penuhnya tetap menjadi favorite. Sebenarnya ia muak, ia benci, jika khalifah-khalifah tak tahu diri itu memujinya. Penahkah merasakan bahwa bulan memberikan senyum terpaksa pada cahayanya? 
Tahukah, seharusnya ada yang lebih peka terhadap bulan, ia tak ingin disakiti dan tak ingin melihat penghianatan bertubi-tubi kepada Rajanya. 

Sebuah Episode



Ini tentang sebuah kalimat 
yang membuat saya makin mantap untuk terus mengarungi kehidupan 
ditengah himpitan masalah yang terasa begitu mengerat 
hingga diri ini rasanya tak kuat untuk terus bertahan.
Saksikanlah,

“Sepelik apapun persoalan hidup Anda hari ini, teruslah berjalan. 
Meski sepertinya tak ada jalan, 
terus saja berjalan, maka engkau akan bertemu jalan!”
Sampai jumpa di PUNCAK!! (Ahmad Rosadi Lubis 118)

Ketika masalah itu datang bertubi-tubi pada seseorang, 
hingga ia merasa tiada lagi daya yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tersebut, 
maka masalah itu akan terus menjadi penghalang baginya untuk menemukan kemerdekaan, 
kemenangan yang sebenarnya telah Alloh siapkan untuknya di masa depan. 

Ketika masalah itu mendatangi saya, 
dan saya telah berusaha semampu saya untuk senantiasa berikhtiar 
dan menyerahkan segala sesuatunya pada Alloh, 
Alhamdulillah, Alloh memberi saya hasil yang indah. 

Namun, seketika saya terlalai akan segala kemudahan itu, 
hingga Alloh memberikan lagi kepada saya masalah yang serupa, 
kembali saya selalu terngiang-ngiang petuah-petuah dari sahabat-sahabat saya, 
bahwa segala sesuatunya hadapilah dengan penuh keyakinan akan kuasa Rabb semesta alam, 
bahwa Alloh memberikan cobaan kepada hamba-Nya bukan tanpa maksud, 
pasti ada akhir yang indah dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. 

Suatu ketika pernah saat saya mendapat beberapa peristiwa yang sama hingga beberapa kali,
dan saya maknai itu semua sebagai sebuah ujian dari Alloh, 
lalu pada saat itu saya berfikir bahwa ‘apa benar ini ujian?’ 
rasanya ingin menyerah dengan semua itu, 
sudah seperti terjatuh dalam titik terendah 
saat hari-hari saya lalui dalam lingkungan yang seakan menyeret saya kedalam lembah 
yang berisi para penjajah nurani, 
seperti tak ingin meneruskan hingga kedepan, 
dan ingin usai dititik ini. 
Meski dalam hati alhamdulillah selalu dinaungi dengan keyakinan penuh 
bahwa segala sesuatunya akan berakhir indah 
jika Alloh tujuan dari semua yang saya lakukan. 

Namun, fakta yang menghadang saya seolah menyiutkan nyali saya untuk tetap bertahan, 
saya yakin bahagia itu telah menanti saya di masa depan, 
dengan kunci bahwa tetaplah bertahan dalam keyakinan ini, 
hanya untuk Alloh Rabb alam semesta. 
Dan bersabar adalah proses yang harus saya azzamkan dengan kuat.

Sampai jumpa di PUNCAK!

Kelas Pertama 16.03.15



Dalam detik, saat jantung ini masih setia dengan irama yang sama
Aku berfikir akan indahnya karunia Alloh
Bahwa tadi sempat Alloh paparkan sebuah peristiwa
yang begitu menggerogoti semangat ku untuk kian bersemangat dalam berkarya

Namun, disatu sisi didalam diri ini
Terdapat sedikit sirat kecewa
Mengapa bukan aku yang seperti itu?
Yang menginspirasi itu, dan yang membuat kagum berpasang-pasang mata itu
Mengapa bukan aku?

Maaf

Hanya saja, itu lintasan fikir dari orang awam seperti ku
Dan aku selalu mencoba memberi motivasi terbaik
pada ruh dan jasad ini untuk menjadikan Mu sebagai tujuan tetap
yang utama dalam setiap hembus nafas dan amanah ruh dalam jasad ini
Berapapun banyaknya anugerah lain
yang ku lihat dari insan-insan nan pandai dibidangnya
Berapapun aku merasa sangat kecil dan terlihat bodoh diantara mereka
Aku selalu berusaha untuk menumbuhkan semangat
dalam setiap langkah dan laku jasad ini
Bahwa suatu saat nanti aku mampu menjadi diriku sendiri
dengan sejuta anugerah yang telah Engkau berikan
agar aku menjadi subjek penebar inspirasi di jalan Mu

Aku tahu, tidak perlu menjadi orang lain untuk menjadi hebat
Karena yang luar biasa bukan karena dianggap luar biasa oleh berjuta pasang mata
Yang luar biasa dan hebat itu, ialah dia yang mampu mengubah potensi sekecil apapun dalam dirinya menjadi penuh manfaat

A.S.A



Dia tuntun langkah menapaki bumi
Dibawah kaki cantik itu tiada beban yang menjeratnya
Langsung menuju dunia yang tak pernah ia tahu akan berakhir seperti apa

Persawahan hijau yang ia lalui membangkitkan gairah matanya
Untuk tetap menatap, semakin pasti melangkah ke depan
Menyusuri jalanan bertepi perairan irigasi

Ia lihat petani tengah berjuang menancapkan helaian padi ke dalam tanah
Tampak wajah lelah berkeringat mereka, menarik minat gadis itu untuk melihat lebih lama
Derasnya cucuran keringat tak mematahkan semangat mereka sedikitpun untuk terus beradu dengan terik dan dahaga
Bahkan tawa canda diantara petani masih ia dapati
Membuat wajah cantik itu tampak berseri, memunculkan lesung pipit cantik dikedua sisi pipinya

Langkah pasti disertai semangat mengobar itu terus menyemangatinya
Membuat ia tak pernah sedetikpun terlintas kata menyerah
Tujuannya sudah pasti, tekadnya sudah bulat
Dia hanya perlu yakin dan percaya, berusaha dan berdo'a
Karena demi apapun, tekad hasil sekolah malam berhari-hari itu telah menancap hingga ke dasar hatinya

***

Berjam-jam telah ia lalui
Perjalanan panjang telah mengantarkan tubuh kurus berbalut kulit putih bersih dengan hijab anggun yang melekat ditubuh sang gadis itu pada sebuah nuansa baru
Kini ia siap
Dunia baru telah menantinya, hiruk pikuk perkotaan telah menghadangnya didepan mata

Tak ada lagi kebun dan sawah hijau yang setiap bangun pagi akan ia saksikan di pelupuk matanya
Kini bising suara kendaraan dan berbagai keanehan kehidupan perkotaaan akan menjadi sahabat barunya

***

Waktu telah berlalu menepati janjinya untuk terus berputar
Kini bumi semakin menunjukan revolusinya
Siang malam dunia kota sudah ia pahami
Membuat perbedaan semakin terasa berarti
Seakan semua menjadi duri yang menusuk kaki tegar itu
Tidak hanya sekali
Mungkin pantas jika dikatakan bahwa kaki indah itu telah dipenuhi oleh duri-duri tajam
Membuatnya merasa tak sanggup lagi untuk sekedar bertahan, terlebih untuk melangkah


'Siapa kau gadis manis?'
'Kenapa wajahmu tampak murung seperti ini?'
Sayup-sayup suara yang entah datang dari mana menyapa indera pendengarnya
Ia tengok kanan dan kirinya, tak ia dapati siapapun

'AKU LELAH'

Jeritan hati itu mulai keluar, membakar perasaannya yang selembut sutera

'Rasanya ingin menyerah saja.'

'Aku ingin kembali, tidak disini, tidak pada kota manapun.'

'Aku rindu desa ku, kehidupan kota sungguh berbeda.'

'Kota itu penuh akan kebiadaban.'

Sungguhkah seperti itu?
Kau gadis yang kuat, tegar
Sungguhkah kehidupan ini telah melemahkan mu?
Bukankah kau tak akan menyerah dengan segala rintangan apapun?

Air mata itu mengucur dengan derasnya
Membakar segala perasaan yang ia tuangkan melalui isakan
Menumpahkan segala risau dihati putih itu

Kini senyumnya telah menghilang
Tercelup kedalam pahit kehidupan yang menjebak putih ke dalam hitam
Manis telah menghambar, menampar wajahnya kembali pada kenyataan

'Tidak, aku tidak boleh menyerah.'

'Bukan, bukan aku.'

'Ini bukan aku. Aku tidak lemah seperti ini.'

'Ya, aku tidak boleh menyerah, tujuanku sudah pasti.'

Dengan sisa-sisa senyum yang masih membalut wajah lelah itu, ia hapus air mata yang mengalir diwajah putihnya
Sambil terus menyemangati diri, bahwa ia harus terus berjalan kearah tujuannya.

Hmm, tujuannya?
Apa tujuan gadis cantik itu?


Kisah Langit



Katakan dulu ku harus seperti apa
Dulu kau mengatakan aku harus seperti ini.
Ini terlihat tidak adil saat waktu telah berjalan.
Saat langkah ku telah jauh terayun mendekat pada tuntunan mu .

Kau pergi sekarang.
Aku harus seperti apa
Ingin mu telah ku penuhi.
Segala dekap hangat mu selama ini telah merasuk ke dada ini.
Tapi kau pergi, seolah mencampakkan aku disini.
Sehingga aku terlihat bodoh sendiri.

Kenapa mengajak ku kesini jika kau akhirnya pergi
Meninggalkan jalan ini.
Aku tidak suka dengan cara mu
Kau membuat ku melihat mu sebagai apa


Wajah dan senyum indah mu selalu membayang dalam kenangan ku
Lembut tutur mu menghanyutkan ku untuk kian mengagumi sosok mu
Sabar dan kuat mu menginspirasiku
Membuat aku mampu untuk bertahan dikala badai tengah menghebat

Aku ingat diri mu
Membayangkan mu
Akan seperti apa dirimu di kala seperti ini

Aku cari diri mu
Merasakan mu
Bagaimana hangat ketulusan itu menjalar ke seluruh tubuh ku

Masa itu datang, Alloh memberi ku bayang
Aku tak sanggup mengikuti langkah mu
Aku tak sanggup menjadi penghianat untuk jalan ini

Kini selamat tinggal, kau yang dahulu membawa ku kepada cahaya
Namun kau pergi

Kemana Pergi Sang Suci?



Berapa harapan lagi yang harus ku mekarkan
Jika semua telah terjadi, telah menggores tinta hitam dalam perjalanan ini
Sebanyak apa air yang harus ku siram agar kotor itu dapat meluntur
Dapatkah menjadi wangi jika aroma bangkai telah begitu menguar
Seakan mencabik diri ku untuk terus masuk, tenggelam dalam dosa

Menandakan aku sebagai apa
Menjawab pertanyaan yang berkeliaran dibenak mereka
Sungguh menggetarkan sanubari setiap yang menatapnya
Membuat dunia menjadi kelam dan kasihan
Bahwa makhluk seperti ini pernah hinggap dan menghirup kehidupan bumi

Menyentak mereka untuk tertarik masuk ke gua nan gulita
Tanpa cahaya, tak ada suara, hanya senyap dan gelap
Aku terenyuh menyadarinya, sebuah titik putih yang tlah menjauh
Meninggalkan pemilik yang dahulu begitu menjaga titik itu dalam erat
Dalam dekap hangat hatinya

Namun, bodohkah, atau gila kah ia
Tak habis fikir orang-orang yang menyaksikan drama tertragis ini
Menengok sejenak dalam diam, tak berani bersuara
Hanya mematung memandang dan memakukan diri dalam tatapan penuh tanya
Apa gerangan yang membuatnya seperti ini

Sungguh membuat mawar kehilangan wanginya
Aku menangis, mengeluh, mengaduh dalam diam
Dalam gelap siang yang tak bersuara tanpa cahaya disekitar

Aku sendiri menatap diri dalam bisu yang menyelimuti kalbu
Aku sendiri, jauh meninggalkan cahaya
Mengayun langkah ke arah gulita
Semakin ku ayun semakin gelap
Cahaya semakin menjauh dari jangkauan ku
Aku sakit dalam sunyi
Jiwa ku rasa mati tak miliki nurani
Bahkan gulita tak ubahnya bagai malaikat maut
Aku siap
Ya.
Akan ku sambut masa ku

Namun aku takut
Akankah aku mati meninggalkan cahaya
Ataukah daging ini menjadi bara

Aku tanya hati ku
Aku akan kemana
Aku ingin menuju Rabb ku
Bertemu Rasulullah, manusiaterbaik sepanjang masa
Yang amat mencintaiku, meski ia tak mengenalku
Aku ingin berjumpa dengan para syuhada

Tempat Maksiat dan Sumber Pendapatan Negara



Bismillahirrahmaanirrahiim.

Tak tahu harus saya awali dengan bahasa yang seperti apa. Sungguh terenyuh ketika melihat kenyataan diluar sana, betapa banyaknya tempat-tempat yang mengundang kemaksiatan dibiarkan berdiri dengan mewahnya. Bahkan mengalahkan kemewahan tempat ibadah yang banyak saya temui dengan fasilitas minim, terutama didaerah-daerah.

 Saya memang awam dengan dunia kebijakan politik, namun apakah pemerintah memang melegalkan tempat-tempat seperti ini untuk didirikan di tengah hiruk pikuk perkotaan bahkan pedesaan.

Sepertinya memang benar tempat-tempat itu mendapat izin tertulis dari pemerintah setempat hingga dapat berdiri dengan hebatnya, dan mungkin menjadi tujuan rutin bagi segolongan orang dengan beragam motif , tempat yang akan menjadi sangat ramai serta penuh sesak pada saat-saat tertentu.

Saya tidak habis fikir jika kemudian pemerintah memang melegalkan pendirian tempat-tempat seperti PUB, KTV, dan sejenisnya. Padahal sudah sangat jelas tempat-tempat yang di maksud sebagai tempat hiburan oleh para penikmat tidak punya kerjaan itu hanya mengundang maksiat dan kemungkaran saja.

Apa pemerintah bermaksud menjadikan perizinan tempat-tempat maksiat itu sebagai salah satu penyumbang dana untuk menopang pemasukan negara? Hah? Yang benar saja!!!
Jika memang benar seperti itu, saya sangat paham kenapa negeri ini penuh dengan problematika, yang urusan pengangguran tidak selesai-selesailah, yang kasus tindak asusila semakin merajalela, serta penyimpangan politik sosial yang bukan rahasia publik lagi telah menjadi langganan Indonesia.

Atau ada maksud lain dari pemerintah yang memberikan izin berdiri untuk bangunan-bangunan semacam itu yang tidak saya ketahui?

Entahlah. Saya hanya sekali lagi dan sekali lagi menyayangkan perizinan yang diberikan oleh pemerintah untuk tempat-tempat sumber kemaksiatan seperti itu.

Apa mereka sudah memikirkan dengan baik yang seperti ini? Atau karena banyaknya pekerjaan mereka sehingga dengan begitu saja membolehkan izin itu. Seolah-olah dalam fikiran saya mereka berkata seperti ini : "Biar sajalah saya beri izin pendirian tempat hiburan, lumayan untuk pemasukan, sekaligus sebagai tempat hiburan bagi masyarakat, toh saat ini tempat hiburan seperti taman kota dan sejenisnya memang masih kurang di sini. Kasihan juga kan kalau mereka tidak punya tempat khusus untuk melepas penat setelah sibuk bekerja seharian."

Bukan seperti itu kan maksud kalian wahai para pemegang kebijakan? Karena sungguh mengerikan jika memang terlintas maksud yang seperti itu dalam pemberian izin kalian.

Sadar atau tidak ya, kalian telah memberikan ruang kemaksiatan pada masyarakat. Kasihan kan kami, hidup jadi tidak tenang, privasi dan keamanan menjadi semakin terancam. Meski saya tidak melihat dengan mata kepala sendiri, namun apa sih yang dapat mereka lakukan dalam tempat-tempat seperti itu? Nonton konser musik? Apa gunanya? Hiburan? Yang benar saja!!! Hiburan yang seperti apa!

Saya hanya dapat menyampaikan kekecewaan kepada pihak-pihak terkait.
Kemudian, saya hanya dapat berdo'a yang terbaik untuk kelangsungan hidup masyarakat dan kondisi negeri tercinta. Saya berharap Allah SWT memberikan jalan kemudahan agar kami dapat memberantas segala bentuk wajah kemungkaran di negeri tercinta.
Dan semoga Allah SWT memberikan kami para pemimpin yang taat kepada Rabb mereka, serta berpegang teguh dalam menegakkan kebenaran dan tidak takut mati untuk memberantas segala bentuk kemaksiatan.

Amin Ya Rabb, Ya Rabbal Alamin.