A.S.A



Dia tuntun langkah menapaki bumi
Dibawah kaki cantik itu tiada beban yang menjeratnya
Langsung menuju dunia yang tak pernah ia tahu akan berakhir seperti apa

Persawahan hijau yang ia lalui membangkitkan gairah matanya
Untuk tetap menatap, semakin pasti melangkah ke depan
Menyusuri jalanan bertepi perairan irigasi

Ia lihat petani tengah berjuang menancapkan helaian padi ke dalam tanah
Tampak wajah lelah berkeringat mereka, menarik minat gadis itu untuk melihat lebih lama
Derasnya cucuran keringat tak mematahkan semangat mereka sedikitpun untuk terus beradu dengan terik dan dahaga
Bahkan tawa canda diantara petani masih ia dapati
Membuat wajah cantik itu tampak berseri, memunculkan lesung pipit cantik dikedua sisi pipinya

Langkah pasti disertai semangat mengobar itu terus menyemangatinya
Membuat ia tak pernah sedetikpun terlintas kata menyerah
Tujuannya sudah pasti, tekadnya sudah bulat
Dia hanya perlu yakin dan percaya, berusaha dan berdo'a
Karena demi apapun, tekad hasil sekolah malam berhari-hari itu telah menancap hingga ke dasar hatinya

***

Berjam-jam telah ia lalui
Perjalanan panjang telah mengantarkan tubuh kurus berbalut kulit putih bersih dengan hijab anggun yang melekat ditubuh sang gadis itu pada sebuah nuansa baru
Kini ia siap
Dunia baru telah menantinya, hiruk pikuk perkotaan telah menghadangnya didepan mata

Tak ada lagi kebun dan sawah hijau yang setiap bangun pagi akan ia saksikan di pelupuk matanya
Kini bising suara kendaraan dan berbagai keanehan kehidupan perkotaaan akan menjadi sahabat barunya

***

Waktu telah berlalu menepati janjinya untuk terus berputar
Kini bumi semakin menunjukan revolusinya
Siang malam dunia kota sudah ia pahami
Membuat perbedaan semakin terasa berarti
Seakan semua menjadi duri yang menusuk kaki tegar itu
Tidak hanya sekali
Mungkin pantas jika dikatakan bahwa kaki indah itu telah dipenuhi oleh duri-duri tajam
Membuatnya merasa tak sanggup lagi untuk sekedar bertahan, terlebih untuk melangkah


'Siapa kau gadis manis?'
'Kenapa wajahmu tampak murung seperti ini?'
Sayup-sayup suara yang entah datang dari mana menyapa indera pendengarnya
Ia tengok kanan dan kirinya, tak ia dapati siapapun

'AKU LELAH'

Jeritan hati itu mulai keluar, membakar perasaannya yang selembut sutera

'Rasanya ingin menyerah saja.'

'Aku ingin kembali, tidak disini, tidak pada kota manapun.'

'Aku rindu desa ku, kehidupan kota sungguh berbeda.'

'Kota itu penuh akan kebiadaban.'

Sungguhkah seperti itu?
Kau gadis yang kuat, tegar
Sungguhkah kehidupan ini telah melemahkan mu?
Bukankah kau tak akan menyerah dengan segala rintangan apapun?

Air mata itu mengucur dengan derasnya
Membakar segala perasaan yang ia tuangkan melalui isakan
Menumpahkan segala risau dihati putih itu

Kini senyumnya telah menghilang
Tercelup kedalam pahit kehidupan yang menjebak putih ke dalam hitam
Manis telah menghambar, menampar wajahnya kembali pada kenyataan

'Tidak, aku tidak boleh menyerah.'

'Bukan, bukan aku.'

'Ini bukan aku. Aku tidak lemah seperti ini.'

'Ya, aku tidak boleh menyerah, tujuanku sudah pasti.'

Dengan sisa-sisa senyum yang masih membalut wajah lelah itu, ia hapus air mata yang mengalir diwajah putihnya
Sambil terus menyemangati diri, bahwa ia harus terus berjalan kearah tujuannya.

Hmm, tujuannya?
Apa tujuan gadis cantik itu?


Kisah Langit



Katakan dulu ku harus seperti apa
Dulu kau mengatakan aku harus seperti ini.
Ini terlihat tidak adil saat waktu telah berjalan.
Saat langkah ku telah jauh terayun mendekat pada tuntunan mu .

Kau pergi sekarang.
Aku harus seperti apa
Ingin mu telah ku penuhi.
Segala dekap hangat mu selama ini telah merasuk ke dada ini.
Tapi kau pergi, seolah mencampakkan aku disini.
Sehingga aku terlihat bodoh sendiri.

Kenapa mengajak ku kesini jika kau akhirnya pergi
Meninggalkan jalan ini.
Aku tidak suka dengan cara mu
Kau membuat ku melihat mu sebagai apa


Wajah dan senyum indah mu selalu membayang dalam kenangan ku
Lembut tutur mu menghanyutkan ku untuk kian mengagumi sosok mu
Sabar dan kuat mu menginspirasiku
Membuat aku mampu untuk bertahan dikala badai tengah menghebat

Aku ingat diri mu
Membayangkan mu
Akan seperti apa dirimu di kala seperti ini

Aku cari diri mu
Merasakan mu
Bagaimana hangat ketulusan itu menjalar ke seluruh tubuh ku

Masa itu datang, Alloh memberi ku bayang
Aku tak sanggup mengikuti langkah mu
Aku tak sanggup menjadi penghianat untuk jalan ini

Kini selamat tinggal, kau yang dahulu membawa ku kepada cahaya
Namun kau pergi

Kemana Pergi Sang Suci?



Berapa harapan lagi yang harus ku mekarkan
Jika semua telah terjadi, telah menggores tinta hitam dalam perjalanan ini
Sebanyak apa air yang harus ku siram agar kotor itu dapat meluntur
Dapatkah menjadi wangi jika aroma bangkai telah begitu menguar
Seakan mencabik diri ku untuk terus masuk, tenggelam dalam dosa

Menandakan aku sebagai apa
Menjawab pertanyaan yang berkeliaran dibenak mereka
Sungguh menggetarkan sanubari setiap yang menatapnya
Membuat dunia menjadi kelam dan kasihan
Bahwa makhluk seperti ini pernah hinggap dan menghirup kehidupan bumi

Menyentak mereka untuk tertarik masuk ke gua nan gulita
Tanpa cahaya, tak ada suara, hanya senyap dan gelap
Aku terenyuh menyadarinya, sebuah titik putih yang tlah menjauh
Meninggalkan pemilik yang dahulu begitu menjaga titik itu dalam erat
Dalam dekap hangat hatinya

Namun, bodohkah, atau gila kah ia
Tak habis fikir orang-orang yang menyaksikan drama tertragis ini
Menengok sejenak dalam diam, tak berani bersuara
Hanya mematung memandang dan memakukan diri dalam tatapan penuh tanya
Apa gerangan yang membuatnya seperti ini

Sungguh membuat mawar kehilangan wanginya
Aku menangis, mengeluh, mengaduh dalam diam
Dalam gelap siang yang tak bersuara tanpa cahaya disekitar

Aku sendiri menatap diri dalam bisu yang menyelimuti kalbu
Aku sendiri, jauh meninggalkan cahaya
Mengayun langkah ke arah gulita
Semakin ku ayun semakin gelap
Cahaya semakin menjauh dari jangkauan ku
Aku sakit dalam sunyi
Jiwa ku rasa mati tak miliki nurani
Bahkan gulita tak ubahnya bagai malaikat maut
Aku siap
Ya.
Akan ku sambut masa ku

Namun aku takut
Akankah aku mati meninggalkan cahaya
Ataukah daging ini menjadi bara

Aku tanya hati ku
Aku akan kemana
Aku ingin menuju Rabb ku
Bertemu Rasulullah, manusiaterbaik sepanjang masa
Yang amat mencintaiku, meski ia tak mengenalku
Aku ingin berjumpa dengan para syuhada

Tempat Maksiat dan Sumber Pendapatan Negara



Bismillahirrahmaanirrahiim.

Tak tahu harus saya awali dengan bahasa yang seperti apa. Sungguh terenyuh ketika melihat kenyataan diluar sana, betapa banyaknya tempat-tempat yang mengundang kemaksiatan dibiarkan berdiri dengan mewahnya. Bahkan mengalahkan kemewahan tempat ibadah yang banyak saya temui dengan fasilitas minim, terutama didaerah-daerah.

 Saya memang awam dengan dunia kebijakan politik, namun apakah pemerintah memang melegalkan tempat-tempat seperti ini untuk didirikan di tengah hiruk pikuk perkotaan bahkan pedesaan.

Sepertinya memang benar tempat-tempat itu mendapat izin tertulis dari pemerintah setempat hingga dapat berdiri dengan hebatnya, dan mungkin menjadi tujuan rutin bagi segolongan orang dengan beragam motif , tempat yang akan menjadi sangat ramai serta penuh sesak pada saat-saat tertentu.

Saya tidak habis fikir jika kemudian pemerintah memang melegalkan pendirian tempat-tempat seperti PUB, KTV, dan sejenisnya. Padahal sudah sangat jelas tempat-tempat yang di maksud sebagai tempat hiburan oleh para penikmat tidak punya kerjaan itu hanya mengundang maksiat dan kemungkaran saja.

Apa pemerintah bermaksud menjadikan perizinan tempat-tempat maksiat itu sebagai salah satu penyumbang dana untuk menopang pemasukan negara? Hah? Yang benar saja!!!
Jika memang benar seperti itu, saya sangat paham kenapa negeri ini penuh dengan problematika, yang urusan pengangguran tidak selesai-selesailah, yang kasus tindak asusila semakin merajalela, serta penyimpangan politik sosial yang bukan rahasia publik lagi telah menjadi langganan Indonesia.

Atau ada maksud lain dari pemerintah yang memberikan izin berdiri untuk bangunan-bangunan semacam itu yang tidak saya ketahui?

Entahlah. Saya hanya sekali lagi dan sekali lagi menyayangkan perizinan yang diberikan oleh pemerintah untuk tempat-tempat sumber kemaksiatan seperti itu.

Apa mereka sudah memikirkan dengan baik yang seperti ini? Atau karena banyaknya pekerjaan mereka sehingga dengan begitu saja membolehkan izin itu. Seolah-olah dalam fikiran saya mereka berkata seperti ini : "Biar sajalah saya beri izin pendirian tempat hiburan, lumayan untuk pemasukan, sekaligus sebagai tempat hiburan bagi masyarakat, toh saat ini tempat hiburan seperti taman kota dan sejenisnya memang masih kurang di sini. Kasihan juga kan kalau mereka tidak punya tempat khusus untuk melepas penat setelah sibuk bekerja seharian."

Bukan seperti itu kan maksud kalian wahai para pemegang kebijakan? Karena sungguh mengerikan jika memang terlintas maksud yang seperti itu dalam pemberian izin kalian.

Sadar atau tidak ya, kalian telah memberikan ruang kemaksiatan pada masyarakat. Kasihan kan kami, hidup jadi tidak tenang, privasi dan keamanan menjadi semakin terancam. Meski saya tidak melihat dengan mata kepala sendiri, namun apa sih yang dapat mereka lakukan dalam tempat-tempat seperti itu? Nonton konser musik? Apa gunanya? Hiburan? Yang benar saja!!! Hiburan yang seperti apa!

Saya hanya dapat menyampaikan kekecewaan kepada pihak-pihak terkait.
Kemudian, saya hanya dapat berdo'a yang terbaik untuk kelangsungan hidup masyarakat dan kondisi negeri tercinta. Saya berharap Allah SWT memberikan jalan kemudahan agar kami dapat memberantas segala bentuk wajah kemungkaran di negeri tercinta.
Dan semoga Allah SWT memberikan kami para pemimpin yang taat kepada Rabb mereka, serta berpegang teguh dalam menegakkan kebenaran dan tidak takut mati untuk memberantas segala bentuk kemaksiatan.

Amin Ya Rabb, Ya Rabbal Alamin.

Kisah ku dalam Tarbiyah



Bismillah.

Saya tak pernah menyangka sebelumnya akan menjadi seperti ini. Tak pernah sedikitpun terlintas dibenak saya, bahwa saya akan menjadi bagian dari mereka. Sebuah lingkaran yang saya yakin membawa banyak sisi positif bagi yang bergabung didalamnya ataupun sekedar mampir untuk mengisi waktu.

Sungguh dulu saya sering iri pada mereka yang terlihat damai dengan keislaman dan keimanan yang menyejukan. Membuat saya berfikir, sungguh ingin menjadi seperti mereka, tapi bagaimana? Saya tidak terlahir dari keluarga yang kuat menjalankan Islam. Dan berbagai kalimat pengandaian lalu muncul di benak saya, seandainya...., seandainya...., dan seandainya.... . Pengen akh ntar punya suami yang paham agama, ehh tapi enggak deh nanti saya dilarang ini, dilarang itu, harus berpakaian seperti ini, dan harus seperti itu.
Haha..

Ini kisah saya, di mulai sejak bulan ke tiga saya menapaki bangku kuliah. Sebuah kisah yang saya harap akan terus berlanjut hingga saya diridhai menetap di Surga-Nya. Cita-cita utama dalam perjalanan hidup manusia, cita mu juga kan?


Saya tidak dapat melukiskan bagaimana keindahan yang terlukis dari kisah ini, begitu juga dengan kebahagiaan yang begitu membuncah saat diri ini akan kembali bergabung dengan mereka. Sebuah lingkaran tarbiyah yang tidak pernah saya ketahui sedikitpun keberadaannya selama ini.

Sedikit aneh, ketika mengingat dulu saya sangat anti dengan pendidikan Islam. Bukan karena apa, tapi media dan berbagai cerminan diluar sana telah membuat saya ikut terseret dalam fikiran negative mengenai pendidikan berbasis keislaman. Kini otak saya telah sedikit terbuka untuk menerima berbagai warna yang menyelimuti kesucian "ISLAM" dengan berbagai sudut pandang di masyarakat awam. Dan saya harus berkata "Thanks a lot for TARBIYAH". Alhamdulillah dan terimakasih untuk Rabb ku, semoga diri ini Engkau istiqomahkan dalam tarbiyah.

Saya mencoba berfikir kebelakang ketika melihat orang-orang atau kawan-kawan saya yang berfikiran negative dan terlihat menjauhi hal-hal yang berbau keislaman dilingkungan mereka. Saya coba mengulas masa lalu saya, ketika Allah SWT belum mencelupkan diri saya dalam harum dan hangatnya air surga ini. Dulu pun saya seperti mereka, saya berfikiran sama seperti mereka. Meski mungkin fikiran atau penilaian-penilaian saya tidak begitu ekstrim di banding dengan berbagai sudut pandang yang ada diluar sana.

Jujur saja saya selalu menganggap bahwa orang-orang yang berkerudung panjang dan terlalu islami sangat tidak modis dan sangat kuno. "Apa mereka tidak mengikuti perkembangan zaman?". Ketika menjumpai laki-laki dengan jenggot yang dibiarkan tumbuh di dagu mereka, seketika itu pula kalimat seperti ini yang muncul dibenak saya : "Waduh, aliran mana lagi ni?". Dan berbagai macam klaim kuno, negative serta terorisme lainnya.

Astaghfirulloh, begitu besarnya pengaruh media pada anak seusia saya yang ketika itu masih menginjak bangku SMP-SMA.

Sedikit menyampaikan kalimat syukur saya pada Rabb tercinta, ALHAMDULILLAH. Sungguh menyenangkan ketika saya kembali tersadar dalam kenyataan ini. Benar ni saya bersama mereka saat ini? Hey, ini kebimbangan saya selama ini. Ingin konsisten dijalan Islam dengan lingkungan yang mendukung, alhamdulillah saya dapatkan sekarang. Seketika teringat firmanNya, "Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S. 55:55)

Langsung terenyuh kalau ingat itu =_=

Perlahan saya coba memantaskan diri berada ditengah-tengah mereka. Memang proses saya masih belia, dan saya sadari masih akan ada banyak ujian didepan sana. Namun do'a dan ikhtiar selalu saya coba agar Allah memberikan ridha-Nya pada diri ini.

Saya tahu Allah juga memberikan tema yang sama dengan kisah yang beragam kepada saudara ku diluar sana. Maka, mari berjuang bersama, dan saling mendo'akan semoga Allah SWT meridhai jalan kita untuk selalu istiqomah hingga ridha-Nya untuk menetap di Jannah kita dapatkan. ^_^

Yang belum tarbiyah, yuuk segera gabung..