Aku dengar anak kecil menyapa
Dengan tangan mungil yang bertaut dijari ayahnya
Begitu riang dengan gigi yang tak sempurna
Menghias pagi ditaman kota menjadi ceria
Aku lihat ia berlari mengejar mentari
Melepas tautan indah jari mungilnya
Sang ayah tampak memperhatikan penuh cermat
Mengikat pandang hanya pada putra imutnya
Tiga tahun aku rasa usianya
Begitu menyentuh hatiku kala memandang
Kuperhatikan kasih sang ayah begitu indah
Melangkah dengan lebarnya menuju putra tercinta
Yang ia kini tersungkur direrumputan berembun taman kota
Mulai mengubah raut wajah tampannya
Mata yang kian menyipit tatkala suara tangis terdengar menjelas
Menjerit, meluapkan rasa sakit
'Anak ku tak ku biarkan seekor semutpun melukai kulitmu'
Indah bukan kalimat itu?
Lalu harus seperti apa disampaikan kalimat balasan
Ketika anak lelaki itu telah tumbuh dewasa
Telah mampu menggenggam dunia dengan tangannya
Telah melepaskan genggaman yang dahulu setia membersamai
Akankah dapat tergantikan segala pengorbanan
Dapatkah menyamakan semua kasih sayang
Jikapun semua dilakukan dengan persis
Untuk ayahku tercinta
Ku persembahkan ribuan lagu rindu
Semoga sampai segala do'a
Semoga kau selalu dalam ridha-Nya
Karena tak banyak harapku
Ku tahu semua tak akan mampu membalas jasamu
Aku hanya mampu menitipkanmu pada Tuhan ku
Disetiap sujud dan tengadah tanganku
Berharap hatimu selalu indah, penuh oleh dzikir untuk-Nya
![]() |
| Samarinda, 11 September 2015. 00.37 a.m |


