Untukmu Palestina



Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Seperti itulah kiranya yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, sebuah peryataan tegas bangsa Indonesia, yang menjadi harapan para pahlawan bangsa, yang tak ingin melihat  penjajahan sekecil apapun kembali mengekang kehidupan insan dunia. Sebagai pribumi yang lahir dan tumbuh di tanah Indonesia, agaknya kalimat sarat makna diatas menjadi tanggung jawab kita bersama.
Alhamdulillah, atas izin Alloh SWT., bangsa yang dikaruniai begitu banyak limpahan sumber daya ini mampu berdiri sebagai bangsa yang berdaulat, bangsa yang merdeka, tertanggal sejak 17 Agustus 1945. Buah perjuangan para pahlawan itu telah terwujud dan memudahkan generasi selanjutnya untuk dapat menikmati kehidupan dengan merdeka, tidak ada lagi istilah romusha, tak ada lagi kerja rodi, tak ada lagi rantai-rantai yang mengekang kaki setiap pribumi.
Kini, kita telah hidup ditahun 2016, era dimana puncak kecanggihan teknologi telah dalam genggaman. Awal kemerdekaan itu telah berlalu tujuh puluh satu tahun silam, telah lama bangsa nan damai ini menikmati indahnya hidup dalam kemerdekaan. Namun, tahukah kita, bahwa jauh ditanah para nabi sana, masih terdapat sebuah Negara indah, Negara dengan tanah yang subur, pun manusianya amat bersahaja mengamalkan tuntunan agama, namun sayang, kemerdekaan masih sekedar harapan. Detik-detik yang mereka lalui tak sama rasanya dengan kita yang hidup ditanah merdeka. Tahukah, nyawa mereka terancam setiap saat, bahkan ditanah kepemilikan mereka sendiri. Bukan alunan musik yang mengiringi keseharian mereka, seperti kita lihat ditanah merdeka kita, dimana muda mudi setiap hari dengan hati lapang tanpa beban, mengayunkan kaki mengikuti alunan melodi. Kaki mereka berpacu dengan waktu, menghidar dari meriam demi meriam yang tiada henti meluncur, bak indahnya kembang api yang setiap tahun kita lihat di awal pergantian malam tahun masehi. Jika beruntung, mungkin mereka hanya kehilangan satu kaki, satu tangan, atau mereka masih bisa menghirup panas udara peperangan entah dengan rupa fisik seperti apa.
Tidakkah hati kita ikut pilu, melihat mayat-mayat tak berdosa tergeletak tak karuan, tubuh mereka hangus terkena meriam, terpisah antara kepala, badan, kaki, tangan, tak berbentuk lagi, tak ubahnya seperti korban mutilasi.  Kasihan rasanya, melihat masa depan anak-anak Palestina harus terenggut oleh kekejaman bangsa tak bermoral macam kaum yahudi. Di era keterbukaan informasi saat ini, bukankah mengherankan, melihat penjajahan terbuka seperti itu berlangsung dengan begitu manisnya. Apakah masyarakat dunia buta, atau hati mereka yang tak tersentuh, ataukah tanah Palestina itu tak ubahnya layar yang menyajikan tontonan action menarik. Lalu apaguna Perserikatan Bangsa-bangsa itu, tidakkah mendamaikan dunia masuk menjadi salah satu misi mereka. Betapa seharusnya kita berbangga hidup di Indonesia, di Negara yang menjunjung tinggi perdamaian dan mengekang segala bentuk penjajahan. Agaknya masyarakat dunia, ataupun PBB itu harus belajar dari luhurnya budi bangsa kita.
Mengutip wawancara DR. Musthafa Ahmad Al Qonoo, seorang penasihat petinggi hamas yang dipublikasikan Islam pos pada September 2012 silam, beliau mengatakan bahwa akan mudah saja bagi Palestina jikalau hanya Israel yang mereka hadapi. Namun permasalahannya, Israel didukung oleh Amerika, semua negara Barat, serta Zionis Internasional. Oleh karena itu, rakyat Palestina tidak mampu menghadapi mereka semuanya. Seperti firman Alloh SWT., yang menyuruh muslimin untuk memerangi musyrikin secara bersama-sama, seperti tatkala orang-orang musyrik menyerang muslim bersama-sama. Maka, beliau mengharapkan umat Islam dapat mencintai Palestina dan Al Quds, serta dapat merasakan tanggung jawab untuk turut memerdekakan tempat Isra dan Mi’raj Rasulullah Saw itu. Beliau menghimbau kaum muslimin memberikan apa saja yang diperlukan untuk mendukung kemerdekaan rakyat Palestina, baik harta, senjata, do’a, maupun kekuatan lain. “Ketika ada panggilan untuk pergi berjihad, maka berangkatlah berperang di jalan Alloh,” lantangnya. Karena bagi rakyat Palestina, hanya ada dua kemungkinan baik, apakah mereka meraih kemenangan atau  syahid di jalan Alloh SWT.

Upaya memerdekakan negeri Palestina, bukan hanya tanggung jawab rakyat Palestina semata. Namun telah menjadi bagian dari tanggung jawab insan dunia, yang menyatakan diri sebagai insan yang menjunjung hak asasi. Terlebih telah jelas bagi rakyat Indonesia, menjunjung tinggi perdamaian dunia ialah cita-cita luhur bangsa ini. Maka tak ada alasan bagi kita untuk tidak andil dalam upaya memerdekakan Palestina. Semoga Alloh SWT., meridhai apapun bentuk kepedulian kita pada Palestina.