Berapa harapan lagi yang harus ku mekarkan
Jika semua telah terjadi, telah menggores tinta hitam dalam perjalanan ini
Sebanyak apa air yang harus ku siram agar kotor itu dapat meluntur
Dapatkah menjadi wangi jika aroma bangkai telah begitu menguar
Seakan mencabik diri ku untuk terus masuk, tenggelam dalam dosa
Menandakan aku sebagai apa
Menjawab pertanyaan yang berkeliaran dibenak mereka
Sungguh menggetarkan sanubari setiap yang menatapnya
Membuat dunia menjadi kelam dan kasihan
Bahwa makhluk seperti ini pernah hinggap dan menghirup kehidupan bumi
Menyentak mereka untuk tertarik masuk ke gua nan gulita
Tanpa cahaya, tak ada suara, hanya senyap dan gelap
Aku terenyuh menyadarinya, sebuah titik putih yang tlah menjauh
Meninggalkan pemilik yang dahulu begitu menjaga titik itu dalam erat
Dalam dekap hangat hatinya
Namun, bodohkah, atau gila kah ia
Tak habis fikir orang-orang yang menyaksikan drama tertragis ini
Menengok sejenak dalam diam, tak berani bersuara
Hanya mematung memandang dan memakukan diri dalam tatapan penuh tanya
Apa gerangan yang membuatnya seperti ini
Sungguh membuat mawar kehilangan wanginya
Aku menangis, mengeluh, mengaduh dalam diam
Dalam gelap siang yang tak bersuara tanpa cahaya disekitar
Aku sendiri menatap diri dalam bisu yang menyelimuti kalbu
Aku sendiri, jauh meninggalkan cahaya
Mengayun langkah ke arah gulita
Semakin ku ayun semakin gelap
Cahaya semakin menjauh dari jangkauan ku
Aku sakit dalam sunyi
Jiwa ku rasa mati tak miliki nurani
Bahkan gulita tak ubahnya bagai malaikat maut
Aku siap
Ya.
Akan ku sambut masa ku
Namun aku takut
Akankah aku mati meninggalkan cahaya
Ataukah daging ini menjadi bara
Aku tanya hati ku
Aku akan kemana
Aku ingin menuju Rabb ku
Bertemu Rasulullah, manusiaterbaik sepanjang masa
Yang amat mencintaiku, meski ia tak mengenalku
Aku ingin berjumpa dengan para syuhada

0 komentar:
Posting Komentar