Tatkala ada senyum ramah yang ia dapat dari mereka, ia merasa bahwa hidup itu benar-benar hidup. Meski entah apa maksud dari senyum itu.
Ia berharap tiada maksud tersendiri dibaliknya.
Ia begitu sensitif ketika ada seseorang yang memandang bulan dengan mata yang berbeda. Membuat hati rasa bergemuruh akan sesuatu yang tak pasti.
Merasa berbeda dan terasing.
Saat bulan menjalankan amanah yang Alloh berikan padanya, ia pun terus berotasi diatas bumi dengan kemampuan yang ia miliki.
Namun, bagaimanapun ia tetaplah bulan, ia memiliki perasaanya sendiri.
Bulan mencoba dengan penuh keikhlasan untuk selalu berporos pada perintah Alloh. Menjauhkan segala ego untuk menghancurkan manusia yang ia lihat dari atas sana, yang dengan sangat angkuh telah menghianati amanah Rabbnya.
Bulan selalu tersenyum pada siapapun, dimanapun. Namun, bulan hanyalah bulan, bagaimanapun ia tetap bulan yang memiliki rasanya sendiri, memiliki perasaannya sendiri.
Bulan tersakiti hatinya tatkala melihat dengan cahaya penuhnya, bahwa khalifah-khalifah itu terus saja melakukan kemungkaran diatas pijakan yang sama dengannya.
Bulan tiada mengerat mereka dengan kegelapan, namun cahaya penuhnya tetap menjadi favorite. Sebenarnya ia muak, ia benci, jika khalifah-khalifah tak tahu diri itu memujinya. Penahkah merasakan bahwa bulan memberikan senyum terpaksa pada cahayanya?
Tahukah, seharusnya ada yang lebih peka terhadap bulan, ia tak ingin disakiti dan tak ingin melihat penghianatan bertubi-tubi kepada Rajanya.
Tahukah, seharusnya ada yang lebih peka terhadap bulan, ia tak ingin disakiti dan tak ingin melihat penghianatan bertubi-tubi kepada Rajanya.

0 komentar:
Posting Komentar